Saturday, July 14, 2018

5 BANK TERTUA DI INDONESIA

Sistem Informasi Perbankan
Dosen : Farida, S.Kom., M.M.SI.


MAHADIN JATIRAHMAN (16114311)

4KA21

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Sistem Informasi
2018

5 Bank Tertua di Indonesia


Di Indonesia, awalnya bank didirikan dengan tujuan mendanai perdagangan dan membiasakan masyarakat untuk gemar menabung.   Fungsi sederhana ini berubah menjadi rumit ketika masyarakat internasional menuntut adanya transaksi tanpa batas dan waktu. Sehingga perbankan haruis menerapkan teknologi mutakhir.  Kejahatan perbankan pun merebak dan kian canggih pula. Sehingga dalam perjalanan perbankan nasional banyak bank berguguran. Uniknya, 5 bank nasional tertua yang lahir di Indonesia ini, semuanya hingga kini masih eksis dan kian membesar dengan asset, modal, laba dan jumlah karyawan yang terus meningkat.

Bank OCBC NISP Tbk.


Bank OCBC NISP (dahulu bernama Bank NISP) didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Resmi menjadi bank komersial sejak tahun 1967, menjadi bank devisa tahun 1990 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1994. Sejak 1999 hingga 2010 mendapat suntikan dana berupa pinjaman jangka panjang dari IFC dan FMO. Pada 2004, OCBC Bank-Singapura membeli 85,1% Bank NISP dan pada 2006 memindahkan kantor pusatnya dari Bandung ke Jakarta. Pada tahun 2011, Bank OCBC NISP genap berusia 70 tahun sekaligus memasuki tonggak sejarah penting, dimana Bank OCBC Indonesia resmi bergabung (merger) dengan Bank OCBC NISP.

Bank QNB Indonesia Tbk.


Didirikan di Medan dengan nama NV Chunghwa Shangyeh Maatschappij (The Chinese Trading Company Limited) bergerak dalam bisnis simpan pinjam dan perdagangan umum. Pada tahun 1958, Bank resmi beroperasi sebagai Bank Umum. Sejak saat itu, Bank terus bertransformasi menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Chunghwa Shangyeh pada tahun 1962 dan kemudian berganti nama menjadi PT Bank Kesawan pada tahun 1965. Pada 1990, terjadi relokasi kantor pusat dari Medan ke Jakarta. Lima tahun kemudian mendapat ijin menjadi Bank Umum Devisa dan Bank Persepsi yaitu bank  yang dapat menerima pembayaran pajak. Go public pada tahun 2002 dan 2014 Qatar National Bank (QNB) membeli 69,59% sahamnya yang kemudian merubah namanya menjadi PT Bank QNB Kesawan Tbk. Pada tahun yang sama, kembali melakukan rebranding dengan mengubah namanya menjadi Bank QNB Indonesia Tbk.

Bank Woori Saudara


Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk adalah salah satu Bank Umum di Indonesia. Berdiri pada 1906 atas prakarsa 10 saudagar Pasar Baru. Pada 1913 perusahaan ini disahkan sebagai Badan Hukum berstatus “Vereeniging”.  Pada 1975 menjadi Badan Hukum dengan nama “PT. Bank Tabungan Himpunan Saudara 1906”. Mulai 1993 Bank ini mulai beroperasi sebagai bank umum.  Bank Saudara memiliki misi 5 pilar yaitu menjaga kepercayaan masyarakat, memberikan pelayanan secara personal, peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan, melestarikan usaha perbankan dengan nilai-nilai tata kelola perusahaan (good corporate governance) yang baik dan pelopor jasa keuangan yang berkembang inovatif. Sejak 2012, Bank Saudara dimiliki Arifin Panigoro (Medco Grup). Pada akhir 2014 terjadi merger dengan PT Bank Woori Indonesia dan sejak  Tahun  2015, namanya berubah menjadi Bank Woori Saudara.

Bank Tabungan Nasional


Postspaar Bank didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda saat rakyat Indonesia sedang getol-getolnya merebut kemerdekaan. Tujuan pendirian bank ini agar masyarakat gemar menabung dan  berkedudukan di Batavia. Postspaar Bank yang menjadi cikal bakal Bank BTN ini, pada masanya, berhasil meraih masyarakat sebagai nasabah yang gemar menabung. Dalam kurun waktu 30 tahun, dana yang berhasil dihimpun sudah mencapai Rp 5,4 juta. Jumlah yang sangat besar untuk masa itu. Kini, Bank BTN yang memiliki laba bersih Rp 1,042 triliun. Memiliki asset Rp.189,513 dengan total dana pihak ketiga sebesar Rp 114, 749 triliun. Bank yang berkonsentrasi di kredit perumahan ini memiliki 33.982 orang

Bank Rakyat Indonesia


Bank Rakyat Indonesia (BRI)  didirikan pada tanggal 16 Desember 1895 di Purwokerto dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Bank yang didirikan oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja ini diakui sebagai Bank Pemerintah pertama pada tahun 1946. Pada 1 Agustus 1992, BRI resmi perseroan terbatas dan pada tahun 2003, BRI  menjadi perusahaan go public. Pada kuartal pertama tahun 2016, BRI memiliki asset senilai Rp 907,84 triliun dengan total utang sebesar Rp774,18 triliun dan berhasil membukukan laba sebesar Rp 11,95 triliun.

Sources:

Toefl Reading Example


Question:
There are two basic types of glaciers, those that flow outward in all directions with little regard for any underlying terrain and those that are confined by terrain to a particular path.
The first category of glaciers includes those massive blankets that cover whole continents, appropriately called ice sheets. There must be over 50,000 square kilometers of land covered with ice for the glacier to qualify as an ice sheet. When portions of an ice sheet spread out over the ocean, they form ice shelves.
About 20,000 years ago the Cordilleran Ice Sheet covered nearly all the mountains in southern Alaska, western Canada, and the western United States. It was about 3 kilometers deep at its thickest point in northern Alberta. Now there are only two sheets left on Earth, those covering Greenland and Antarctica.
Any domelike body of ice that also flows out in all directions but covers less than 50,000 square kilometers is called an ice cap. Although ice caps are rare nowadays, there are a number in northeastern Canada, on Ban Island, and on the Queen Elizabeth Islands.
The second category of glaciers includes those of a variety of shapes and sizes generally called mountain or alpine glaciers. Mountain glaciers are typically identified by the landform that controls their flow. One form of mountain glacier that resembles an ice cap in that it flows outward in several directions is called an ice field. The difference between an ice field and an ice cap is subtle. Essentially, the flow of an ice field is somewhat controlled by surrounding terrain and thus does not have the domelike shape of a cap. There are several ice fields in the Wrangell. St. Elias, and Chugach mountains of Alaska and northern British Columbia.
Less spectacular than large ice fields are the most common types of mountain glaciers: the cirque and valley glaciers. Cirque glaciers are found in depressions in the surface of the land and have a characteristic circular shape. The ice of valley glaciers, bound by terrain, flows down valleys, curves around their corners, and falls over cliffs.

1. What does the passage mainly discuss?

(A)  Where major glaciers are located
(B)  How glaciers shape the land
(C)  How glaciers are formed
(D)  The different kinds of glaciers
Jawab  : D → The different kinds of glaciers
Pembahasan : Ide pokok teks di atas dapat ditemukan pada paragraf pertama kalimat pertama yang menjelaskan dua jenis gletser yang berbeda dan selanjutnya masing-masing dijelaskan lebih lanjut pada paragraf berikutnya.

2. It can be inferred that ice sheets are so named for which of the following reasons?
(A)  They are confined to mountain valleys.
(B)  They cover large areas of land.
(C)  They are thicker in some areas than in others.
(D)  They have a characteristic circular shape.
Jawab  : B → They cover large areas of land.
Pembahasan : Frasa whole continents pada kalimat those massive blankets that cover whole continents appropriately called ice sheet menunjukkan bahwa daratan yang tertutup gletser mencakup wilayah yang sangat luas, hampir keseluruhan daratan.

3. According to the passage, ice shelves can be found
(A)  covering an entire continent
(B)  buried within the mountains
(C)  spreading into the ocean
(D)  filling deep valleys
Jawab :  C → spreading into the ocean
Pembahasan :  Jawaban dapat ditemukan pada kalimat terakhir paragraf kedua bahwa jika ice sheet tersebar (spread out) di lautan akan terbentuk ice shelves.

4. According to the passage, where was the Cordilleran Ice Sheet thickest?
(A)  Alaska
(B)  Greenland
(C)  Alberta
(D)  Antarctica
Jawab : C → Alberta
Pembahasan : Jawaban dapat ditemukan pada baris ke-8: it was about 3 kilometers deep at its thickest point in northern Alberta.

5. The word “rare” in line 12 is closest in meaning to
(A)  small
(B)  unusual
(C)  valuable
(D)  widespread
Jawab  :  B → unusual
Pembahasan :  Rare berarti jarang atau tidak biasa ditemukan sehingga jawaban yang paling mendekati arti dari rare adalah unusual.

6. According to the passage (paragraph 5), ice fields resemble ice caps in which of the following ways?
(A)  Their shape
(B)  Their flow
(C)  Their texture
(D)  Their location
Jawab : B → Their flow
Pembahasan : Kalimat Mountain glaciers are typically identified by the landform that controls their flow dan dijelaskan lebih lanjut pada kalimat One form of mountain glacier that resembles an ice cap in that it flows outward in several directions is called an ice field menunjukkan bahwa pembentukan ice caps dipengaruhi oleh alirannya (their flow).

7. The word “it” in line 16 refers to
(A)  glacier
(B)  cap
(C)  difference
(D)  terrain
Jawab  :  A → glacier
Pembahasan :  It pada kalimat di atas merujuk pada mountain glacier atau gletser.

8. The word “subtle” in line 17 is closest in meaning to
(A)  slight
(B)  common
(C)  important
(D)  measurable
Jawab  :  A → slight
Pembahasan :  Padanan kata subtle adalah slight yang keduanya memiliki arti “tipis, halus, atau sedikit”.

9. All of the following are alpine glaciers EXCEPT
(A)  cirque glaciers
(B)  ice caps
(C)  valley glaciers
(D)  ice fields
Jawab :  B → ice caps
Pembahasan :  Jenis alpine/mountain glacier adalah ice fields, cirque glaciers dan valley glaciers yang semuanya dipengaruhi oleh aliran dan tidak memiliki domelike cap seperti ice caps.

10. Which of the following types of glaciers does the author use to illustrate the two basic types of glaciers mentioned in line 1?
(A)  Ice fields and cirques
(B)  Cirques and alpine glaciers
(C)  Ice sheets and ice shelves
(D)  Ice sheets and mountain glaciers
Jawab : D → Ice sheets and mountain glaciers
Pembahasan : Ada dua jenis gletser yaitu ice sheet yang mengalir keluar ke segala arah dan mountain glacier yang arah alirannya terbatas hanya di aliran tertentu.


Reference :
http://www.geniustoefl.com/artikel-ilmu-kunci-toefl/artikel/reading-comprehension/contoh-soal-pembahasan-reading-comprehension-tes-toe

SEJARAH BANK INDONESIA

Sejarah Bank Indonesia


Sistem Informasi Perbankan
Dosen : Farida, S.Kom., M.M.SI.


MAHADIN JATIRAHMAN (16114311)

4KA21

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Sistem Informasi
2018



Sejarah Bank Indonesia


Kalau selama ini kita mengenal Bank Indonesia, atau yang lebih familiar dengan istilah BI, hanya melalui berita, surat kabar, ataupun sebatas dari pendengaran sepintas, maka dalam artikel ini kami akan mencoba menyajikan informasi tentang BI baik itu dari segi fungsi, tugas, status kedudukan, serta visi misi. Diharapkan dengan mengetahuinya kita lebih akrab dengan lembaga independen di Indonesia ini yang fungsi pokoknya adalah sebagai pemelihara nilai rupiah agar tetap stabil.


Sebenarnya jika kita ingin mengenal lebih jauh tentang Bank Indonesia, kita bisa berkunjung ke Museum BI yang beralamat tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat. Pemilihan lokasi ini sangat strategis karena gedung ini dulunya merupakan lokasi De Javasche Bank yang menjadi cikal bakal dari Bank Indonesia itu sendiri. Lokasi tersebut adalah bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah dan sekarang dimanfaatkan sebagai Museum Bank Indonesia. Museum Bank Indonesia memiliki fasilitas-fasilitas yang diberikan untuk menggali informasi lebih lengkap tentang sejarah, fungsi, maupun tugas Bank Indonesia. Ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperluas cakrawala mereka ataupun siapa saja yang ingin melakukan penelitian terkait dengan sejarah Bank Indonesia.



Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama lain De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan mengawasi perbankan dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek makroprudensial sistem perbankan secara makro.

BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur. Sejak 2013, Agus Martowardojo menjabat sebagai Gubernur BI menggantikan Darmin Nasution.


Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950, struktur ekonomi Indonesia masih didominasi oleh struktur kolonial. Bank-bank asing masih merajai kegiatan perbankan nasional, sementara peranan bank-bank nasional dalam negeri masih terlampau kecil. Hingga masa menjelang lahirnya Bank Indonesia pada tahun 1953, pengawasan dan pembinaan bank-bank belum terselenggara. De Javasche Bank adalah bank asing pertama yang dinasionalisasi dan kemudian menjelma menjadi BI sebagai bank sentral Indonesia. Beberapa tahun kemudian, seiring dengan memanasnya hubungan RI-Belanda, dilakukan nasionalisasi atas bank-bank milik Belanda. Berikutnya, sistem ekonomi terpimpin telah membawa bank-bank pemerintah kepada sistem bank tunggal yang tidak bertahan lama. Orde baru datang membawa perubahan dalam bidang perbankan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14/1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Mulai saat itu, sistem perbankan berada dalam kesatuan sistem dan kesatuan pimpinan, yaitu melalui pengawasan dan pembinaan Bank Indonesia. Bank Indonesia dengan dukungan pemerintah, dalam kurun waktu 1971-1972 melaksanakan kebijakan penertiban bank swasta nasional dengan sasaran mengurangi jumlah bank swasta nasional, karena jumlahnya terlalu banyak dan sebagian besar terdiri atas bank-bank kecil yang sangat lemah dalam permodalan dan manajemen. Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan dana yang cukup besar melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk program-program Kredit Investasi Kecil (KIK)/Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Investasi (KI), Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI), Kredit Koperasi (Kakop), Kredit Profesi Guru (KPG), dan sebagainya. Dengan langkah ini, BI telah mengambil posisi sebagai penyedia dana terbesar dalam pembangunan ekonomi di luar dana APBN.

Industri perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan BI. Regulasi tersebut menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Tahun 1983 merupakan titik awal BI memberikan kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga, baik kredit maupun tabungan dan deposito. Tujuannya adalah untuk membangun sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Kebijakan selanjutnya merupakan titik balik dari kebijakan pemerintah dalam penertiban perbankan tahun 1971-1972 dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88), yaitu kemudahan pemberian ijin usaha bank baru, ijin pembukaan kantor cabang, dan pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Pada periode selanjutnya, perbankan nasional mulai menghadapi masalah meningkatnya kredit macet. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pemberian kredit oleh perbankan terutama untuk sektor properti. Keadaan ekonomi mulai memanas dan tingkat inflasi mulai bergerak naik.

Ketika krisis moneter 1997 melanda, struktur perbankan Indonesia porak poranda. Pada tanggal 1 November 1997, dikeluarkan kebijakan pemerintah yang melikuidasi 16 bank swasta. Hal ini mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Oleh karena itu, Bank Indonesia turun mengatasi keadaan dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) atas dasar kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, berbagai tindakan restrukturisasi dijalankan oleh Bank Indonesia bersama pemerintah.


Sistem pembayaran di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai. Dalam Undang-Undang (UU) No. 11/1953 ditetapkan bahwa Bank Indonesia (BI) hanya mengeluarkan uang kertas dengan nilai lima rupiah ke atas, sedangkan pemerintah berwenang mengeluarkan uang kertas dan uang logam dalam pecahan di bawah lima rupiah. Uang kertas pertama yang dikeluarkan oleh BI adalah uang kertas bertanda tahun 1952 dalam tujuh pecahan. Selanjutnya, berdasarkan UU No. 13/1968, BI mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam semua pecahan. Sejak saat itu, pemerintah tidak lagi menerbitkan uang kertas dan uang logam. Uang logam pertama yang dikeluarkan oleh BI adalah emisi tahun 1970. Pada era 1990-an, BI mengeluarkan uang dalam pecahan besar, yaitu Rp 20.000 (1992), Rp 50.000 (1993), dan Rp 100.000 (1999). Hal itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan uang pecahan besar seiring dengan perkembangan ekonomi yang tengah berlangsung saat itu.

Sementara itu, dalam bidang pembayaran non tunai, BI telah memulai langkahnya dengan menetapkan diri sebagai kantor perhitungan sentral menjelang akhir tahun 1954. Sebagai bank sentral, sejak awal BI telah berupaya keras dalam pengawasan dan penyehatan sistem pembayaran giral. BI juga terus berusaha untuk menyempurnakan berbagai sistem pembayaran giral dalam negeri dan luar negeri. Pada periode 1980 sampai dengan 1990-an, pertumbuhan ekonomi semakin membaik dan volume transaksi pembayaran non tunai juga semakin meningkat. Oleh karena itu, BI mulai menggunakan sistem yang lebih efektif dan canggih dalam penyelesaian transaksi pembayaran non tunai. Berbagai sistem seperti Semi Otomasi Kliring Lokal (SOKL) dengan basis personal computer dan Sistem Transfer Dana Antar Kantor Terotomasi dan Terintegrasi (SAKTI) dengan sistem paperless transaction terus dikembangkan dan disempurnakan. Akhirnya, BI berhasil menciptakan berbagai perangkat sistem elektronik seperti BI-LINE, Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ), Real Time Gross Settlement (RTGS), Sistem Informasi Kliring Jarak Jauh (SIKJJ), kliring warkat antar wilayah kerja (intercity clearing), dan Scriptless Securities Settlement System (S4) yang semakin mempermudah pelaksanaan pembayaran non tunai di Indonesia.

          
Sejarah kelembagaan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan Dewan Moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan Moneter. Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

            Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia secara umum ditetapkan oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung jawab atasnya. Mengingat buruknya perekonomian pasca perang, yang ditempuh pertama kali dalam bidang moneter adalah upaya perbaikan posisi cadangan devisa melalui kegiatan ekspor dan impor. Pada periode ekonomi terpimpin, pembiayaan deficit spending keuangan negara terus meningkat, terutama untuk membiayai proyek politik pemerintah. Laju inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan dua kali pengetatan moneter, yaitu tahun 1959 dan 1965. Lepas dari periode tersebut pemerintah memasuki masa pemulihan ekonomi melalui program stabilisasi dan rehabilitasi yang kemudian diteruskan dengan kebijakan deregulasi bidang keuangan dan moneter pada awal 1980-an. Di tengah pasang surutnya kondisi perekonomian, lahirlah berbagai paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat struktur perekonomian Indonesia.


Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam macet, dan banyak utang luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai langkah ditempuh, mulai dari pengetatan moneter hingga beberapa program pemulihan IMF yang diperoleh melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada tahun 1998. Namun akhirnya masa suram dapat terlewati. Perekonomian semakin membaik seiring dengan kondisi politik yang stabil pada masa reformasi. Sejalan dengan itu, tahun 1999 merupakan tonggak bersejarah bagi Bank Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3/2004. Dalam undang-undang ini, Bank Indonesia ditetapkan sebagai lembaga tinggi negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sesuai undang-undang tersebut, Bank Indonesia diwajibkan untuk menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan pengendalian moneter. Selain itu, utang luar negeri berhasil dijadwalkan kembali dan kerjasama dengan IMF diakhiri melalui Post Program Monitoring (PPM) pada 2004.


Gubernur Bank Indonesia

Masa Jabatan: 1953-1958(5thn)

Masa Jabatan: 1958-1959(1thn)

Masa Jabatan: 1959-1960(1thn)

Masa Jabatan: 1960-1963(3thn)

Masa Jabatan: 1963-1966(3thn)

Masa Jabatan: 1966-1973(7thn)

Masa Jabatan: 1973-1983(10thn)

Masa Jabatan: 1983-1988(5thn)

Masa Jabatan: 1988-1993(5thn)

Masa Jabatan: 1993-1998(5thn)

Masa Jabatan: 1998-2003(5thn)

Masa Jabatan: 2003-2008(5thn)

Masa Jabatan: 2008-2010(2thn)

Masa Jabatan: 2010-2013(3thn)

Masa Jabatan: 2013-2018(5thn)

Masa Jabatan: 2018